Jumat, 20 April 2012
FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keberhasilan
setiap kehamilan, dan kelangsungan hidup spesies pada akhirnya,
bergantung pada lahirnya bayi yang sehat dan cukup matang untuk bertahan
hidup. Pada kehamilan dan persalinan, uterus harus melakukan 2 fungsi
yang sangat berbeda. Uterus harus tumbuh, tetapi dalam keadaan tenang
selama kehamilan agar janin dapat berkembang dan kemudian, pada saat
yang tepat, melakukan aktifitas yang kuat dan terkoordinasi yang
menyebabkan lahirnya bayi yang matang. Factor yang mengendalikan tradisi
dari suatu keadaan ke keadaan lain masih belum dipahami dengan jelas,
tetapi sangat penting untuk memahami, baik kemungkinan penyebab partus
prematurus maupun bagaimana mengindusi persalinan tanpa mengakibatkan
kegawatan pada janin.
Sebagian
besar bayi manusia dapat melewati masa persalinan, dan lahir cukup
bulan (didefinisikan antara akhir minggu ke-37 dan ke 42 kehamilan).
Lima persen bayi premature merupakan 85% dari semua kematian neonatus
dini yang tidak berkaitan dengan deformetas letal (lopez bernal et al,
1993). Semakin singkat usia genetasi, semakin buruk prognosis. Walaupun
bayi berat lahir rendah (yi., yang lahir dengan berat kurang dari 1000
gram) sekarang mungkin dapat bertahan hidup, umumnya bayi tersebut
memiliki angka morbiditas yang tinggi dan menimbulkan distress berat
bagi orang tuanya, serta memerlukan biaya yang sangat besar di unit
perawatan intensif neotatus. Dapat dikatakan salah satu tujuan utama
obsterti adalah mengurangi persalinan prematur.
Penentu
awitan persalinan pada manusia masih merupakan misteri. Terdapat
perbedaan mencolok antara manusia dan spesies mamalia lain dalam jalur
faktor yang menuju persalinan. Masih belum jelas mengapa kejadian yang
menuju ke persalinan pada manusia harus sedemikian rumit atau apakah
lamanya genetasi yang bervariasi merupakan hal yang menguntungkan.
Manusia memiliki angka persalinan prematur yang sangat tinggi (sekitar
5-10%) dibanding dengan spesies lain (kuran dari 1% pada domba). Secara
teoritis, lama genetasi kurang penting pada ibu. Aspek krusialnya adalah
bayi yang dapat bertahan hidup saat persalinan. Dengan demikian, tampak
janin yang mengendalikan lama genetasi. Pada hewan jelas terbukti
adanya keterlibatan janin dalam menentukan saat persalinan, tetapi sulit
mendapatkan bukti serupa pada manusia.
Penatalaksanaan kebidanan wanita dalam persalinan sering bersifat intervensionis. Berdasarkan
latar belakang di atas, kami tertarik untuk menyusun makalah dengan
judul “FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL”.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran fisiologi dan mekanisme persalinan normal.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Diketehuinya gambaran pengertian-pengertian tentang persalinan normal
2. Diketahuinya gambaran sebab-sebab mulainya persalinan
3. Diketahuinya gambaran proses persalinan normal
1.3. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data
1.3.1. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, metode
yang dipakai adalah metode diskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk gambaran atas diskriptif tentang suatu
keadaan secara subjektif (Notoatmodjo, 2002, 135).
1.3.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data untuk penulisan makalah ini adalah studi bibliografi
atau studi kepustakaan yaitu dengan cara membaca dan mengkaji
teori-teori tentang fisiologi persalinan.
1.4. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang, tujuan dan metode penulisan.
BAB
II FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL, meliputi pengertian
persalinan, sebab-sebab mulainya persalinan dan proses persalinan
normal.
BAB III SIMPULAN DAN SARAN, meliputi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL
2.1. Pengertian Persalinan Normal
Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Mochtar, 2002).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Kampono dan M. Mugni, 1999). Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir
dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan
istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam
waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2002).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. (Wiknjosastro, 1999). Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir (Wiknjosastro, 1999). Pesalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Wiknjosastro, 1999).
Persalinan
normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.
Partus normal/partus biasa adalah bayi
lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala/ubun-ubun kecil,
tanpa memakai alat/pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun
bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Kampono dan M. Moegni, 1999).
2.2. Sebab Terjadinya Proses Persalinan
Sebab-sebab terjadinya proses persalinan menurut Kampono dan M. Moegni (1999) adalah sebagai berikut :
1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak, nutrisi janin dari plasenta berkurang. (pada diagram, dari Lancet, kok estrogen meningkat ?)
2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.
3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang terjadinya kontraksi.
4. Peningkatan
beban/stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen
mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin,
menjadi pencetus rangsangan untuk proses persalinan.
Dua teori tentang awal proses kelahiran manusia menurut Kampono dan M. Moegni (1999) sebagai berikut :
Gambar 1
Teori Tentang Awal Proses Kelahiran Manusia
Two theories on the onset of human parturition.
A. Corticotropin-releasing
hormone prouduced by the placenta is secreted into the fetal
circulationand stimulates corticotropin secretion from the anterior
pituitary of the fetus. Placental CRH, through fetal ACTH, stimulates
the fetal adrenal to produce cortisol, which binds to the placental
glucocorticoid receptors to block the inhibitory effect of progesterone,
further stimulating CRH production in stimulative fashion.
B. The
fetal hypothalamic-pituitary-adrenal axis is quiescent during the first
half of gestation because of its suppression by the maternal influx of
cortisol, but during the second half of gestation, the rise in oestrogen
gives rise to the placental enzyme 11b- hydroxysteroid dehydrogenase,
causing cortisol to be converted into its inactive metabolite,
cortisone. The resulting negative glucocorticoid feedback on the fetal
pituitary gland (less cortisol passes from mother to fetus) would result
in increased secretions of fetal ACTH, cortisol and DHEA sulfate,
resulting both in fetal maturation and stimulation of parturition.
Persalinan ditentukan oleh 3 (tiga) faktor “P” utama menurut Kampono dan M. Moegni (1999) yaitu :
1. Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiovaskular respirasi metabolik ibu.
2. Passage
Keadaan jalan lahir
3. Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik mayor) (++ faktor-faktor "P" lainnya : psychology, physician, position).
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomik mayor) (++ faktor-faktor "P" lainnya : psychology, physician, position).
Menurut
Wiknyosastro, dkk (1999 : 186), 3 (tiga) faktor penting yang memegang
peranan pada persalinan, ialah : 1) kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu
seperti kekuatan his dan kekuatan mengedan, 2) keadaan jalan lahir, 3)
janinnya sendiri.
Dengan adanya keseimbangan kesesuaian antara faktor-faktor tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.
2.3. Berlangsungnya Persalinan Normal
2.3.1 Pembagian Fase/Kala Persalinan
Pembagian fase/kala persalinan menurut WIknyosastro, dkk (1999 : 181) sebagai berikut:
1. Kala 1 Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan)
2. Kala 2 Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
3. Kala 3 Pengeluaran plasenta (kala uri)
4. Kala 4 Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi
Periode tahap-tahap persalinan normal menurut Kampono dan M. Moegni (1999) sebagai berikut :
Tabel 2.1.
Periode Tahap-tahap Persalinan Normal
Tahap Persalinan
|
Nullipara
|
Multipara
|
Kala 1 – fase laten
Fase aktif
Pembukaan serviks
Kala 2
Kala 3
|
Kurang dari 20 jam
5 – 8 jam
Rata-rata 1,2 cm/jam
Kurang dari 2 jam
Kurang dari 30 menit
|
Kurang dari 14 jam
2 – 5 jam
Rata-rata 1,5 cm/jam
Kurang dari 1 jam
Kurang dari 30 menit
|
2.3.2 HIS
His menurut Kampono dan M. Moegni
(1999) adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang
dimulai dari daerah fundus uteri di mana tuba falopii memasuki dinding
uterus, awal gelombang tersebut didapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat
di dinding uterus daerah tersebut. WIknyosastro, dkk (1999 : 188)
menyatakan bahwa his adalah salah satu kekuatan pada ibu yang
menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah.
Resultante
efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke daerah
lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan lahir) yang
membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar.
Terjadinya his menurut Kampono dan M. Moegni (1999) akibat :
1. Kerja hormon oksitosin
2. Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi 3
3. Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.
His yang baik dan ideal menurut Kampono dan M. Moegni (1999) meliputi:
1. Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
2. Kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
3. Terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.
4. Terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
5. Serviks
uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut
otot, akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian
terbuka secara pasif dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internum pun akan terbuka.
Nyeri persalinan pada waktu his menurut Kampono dan M. Moegni (1999) dipengaruhi berbagai faktor :
1. Iskemia
dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus
hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri.
2. Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum, menjadi rangsang nyeri.
3. Keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas, atau eksitasi).
4. Prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress
Pengukuran kontraksi uterus menurut Kampono dan M. Moegni (1999) :
1. Amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan agak cepat, bagian kedua penurunan agak lambat.
2. Frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit).
3. Satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi).
Berikut grafik aktifitas uterus selama kehamilan, persalinan dan nifas :
Gambar 2.
Grafik Aktifitas Uterus Selama Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Sifat his pada berbagai fase persalinan menurut Kampono dan M. Moegni (1999) sebagai berikut :
1. Kala 1 awal (fase laten)
Timbul
tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks
terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir terjadi
peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi
2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap
(+10cm).
2. Kala 2
Amplitudo
60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga
akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan
normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga
meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot dinding abdomen dan
diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
3. Kala 3
Amplitudo
60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun.
Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini, namun dapat juga
tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan aktif (manual aid).
2.3.3. Proses Berlangsungnya Persalinan Normal
2.3.3.1. Persalinan Kala 1 : Fase Pematangan/Pembukaan Serviks
Persalinan
kala 1 dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus
yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri,
disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada
darah haid. Persalinan kala 1 berakhir pada
waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio
serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah
spontan pada saat akhir kala I.
Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar 8 jam.
Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.
Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.
Fase aktif terbagi atas :
1. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
2. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
3. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Peristiwa penting pada persalinan kala 1 :
1. Keluar lendir / darah (bloody show)
akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang selama kehamilan
menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler
serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding
dalam uterus.
2. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.
3. Selaput
ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah
dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida menurut Wiknyosastro, dkk (1999 : 183) berbeda dengan pada multipara :
1. Pada
primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi
pembukaan - pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan
sebelumnya, sehingga langsung terjadi proses penipisan dan pembukaan.
2. Pada
primigravida, ostium internum membuka lebih dulu daripada ostium
eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di
tengah) - pada multipara, ostium internum dan eksternum membuka
bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar).
3. Periode
kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara
(+14 jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien
primigravida memerlukan waktu lebih lama.
Gambar 3.
Perbedaan Pematangan dan Pembukaan Serviks (cervical effacement) pada Primigravida dan Multipara
2.3.3.2. Persalinan Kala 2 : Fase Pengeluaran Bayi
Persalinan kala 2 dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir pada
saat bayi telah lahir lengkap. His menjadi lebih kuat, lebih sering,
lebih lama, sangat kuat. Selaput ketuban mungkin juga baru pecah spontan
pada awal kala 2.
Peristiwa penting pada persalinan kala 2 adalah :
1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar panggul.
2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
3. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
4. Kepala
dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis
pubis sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan
dan anggota badan.
5. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan lahir (episiotomi).
Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam.
Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala :
1. Kepala
masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan
pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring/membentuk sudut dengan
pintu atas panggul (asinklitismus anterior/posterior).
2. Kepala
turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his
dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion,
3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan
janin terjadi ekstensi dan menegang.
3. Fleksi
: kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah
dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter
suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
4. Rotasi
interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala,
putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa
kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi
: setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput
melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut :
oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
6. Rotasi
eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan
sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi
anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan
dan bahu belakang.
7. Ekspulsi
: setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan
mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul /
trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.
Gambar 4
Gerakan Utama Pengeluaran Janin pada Persalinan Dengan
Letak Belakang Kepala
2.3.3.3 Persalinan Kala 3 : Fase Pengeluaran Plasenta
Persalinan kala 3 dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap dan berakhir dengan lahirnya plasenta.
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya
plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai
dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika
tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan
marginal.
Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat.
Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat.
Plasenta
lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir (jika lepasnya plasenta
terjadi sebelum bayi lahir, disebut solusio/abruptio placentae - keadaan
gawat darurat obstetrik).
Gambar 5
Fase Pengeluaran Plasenta
2.3.3.4 Persalinan Kala 4 : Observasi Pasca Persalinan
Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi. Menurut Kampono dan M. Moegni (1999) ada 7 (tujuh) pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 :
1. kontraksi uterus harus baik,
2. tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3. plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4. kandung kencing harus kosong,
5. luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,
6. resume keadaan umum bayi,
7. resume keadaan umum ibu.
Gambar 6
Plasenta Sudah Lepas dan Terletak di Bagian Bawah Jalan Lahir
2.4. Mekanisme Persalinan Normal
Menurut
Wiknjosastro, dkk (1999 : 186), hampir 96% janin berada dalam uterus
dengan presentasi kepala dan presentasi kepala ini ditemukan kurang
lebih 58% ubun-ubun kecil terletak terletak di kiri depan, kurang lebih
23% di kanan depan, kurang lebih 11% di kanan belakang, dan kurang lebih
18% di kiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya ruangan
di sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoit dan rektrum.
Menjadi
pertanyaan mengapa janin dengan presentase berada dalam uterus dengan
presentase kepala ? Keadaan ini mungkin disebabkan kepala relatif lebih
besar dan lebih berat. Mungkin pula bentuk uterus sedemikian rupa,
sehingga volume bokong dan extremitas yang lebih besar berada di atas,
di ruangan yang lebih luas, sedangkan kepala berada di bawah, di ruangan
yang lebih sempit. Ini stereometrik kepala janin dan ruang panggul
harus benar-benar dipahami.
Seperti telah dijelaskan
terdahulu 3 (tiga) faktor penting yang memegang peranan pada
persalinan, ialah : 1) kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti
kekuatan his dan kekuatan mengedan; 2) keadaan jalan lahir; 3) janinnya
sendiri.
His
adalah salah satu kekuatan pada ibu – seperti telah dijelaskan – yang
menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin kebawah. Pada presentasi
kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan mulai turun dan masuk
kedala rongga panggul.
Masuknya
kepala melalui pintu atas panggul dapat dalam keadaan sinklitismus,
ialah bila arah sumbu kepala tegak lurus dengan bidang pintu atas
panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah
sumbu kepala janin miring dengan bidang pintu atas panggul.
Asinklitismus anterior menurut naegele ialah
apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip kedepan dengan pintu
atas pinggul. Dapat pula asinklitismus posterior menurut litzman :
keadaan adalah sebaliknya dari asinklitismus anterior.
Keadaan
asinklitismus anterior lebih menguntungkan dari pada mekanisme
turunnyakepala dengan turunnya asinklitismus posterior karena ruangan
pelvis di daerah posterior adalah lebih luas dibandingkan dengan ruangan
pelvis di daerah anterior. Hal asinklitismus penting, apabila daya
akomodasi panggul agak terbatas.
Gambar 7
Sinklitismus, Asinklitismus anterior dan Asinklitismus posterior
Akibat
sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, dengan sumbu
lebih mendekati siboksiput, maka tahanan oleh jaringan dibawahnya
terhadap kepala yang akan menurun, menyebabkan bahwa kepala mengadakan
fleksi didalam rongga panggul menurut hukum Koppel : a kali b = c kali
d. Pergeseran di titik B lebih besar dari titik A.
Gambar 8
Fleksi Kepala Janin Menurut Hukum Koppel
Dengan
fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling
kecil, yakni dengan diameter suboksipitobregmatikus (32 cm). Sampai di
dasar panggul kepala janin berada didalam keadaan fleksi maksimal.
Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari
belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma
pelvis dan tekanan intreuterin disebabkan oleh his yang berulang-ulang,
kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Di dalam hal
mengadakan rotasi ubun-ubun dibawah simfisis, maka dengan suboksiput
sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat
dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih dan kepala janin makin tampak
bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala
segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi luar.
Gambar 9
Putaran Paksi Dalam
Putaran
paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam
terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
Bahu
melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga
panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang akan
dilaluinya, sehingga didasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan,
bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Demikian pula dilahirkan
irokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter belakang,
kemudian, bayi lahir seluruhnya.
Bila
mekanisme partus yang fisiologik ini difahami dengan sungguh-sungguh,
maka pada hal-hal yang menyimpang dapat segera dikoreksi secara manual
jika mungkin, sehingga tindakan-tindakan operatif tidak perlu
dikerjakan.
Apabila
bayi telah lahir, segera jalan nafas di bersihkan. Tali pusar di jepit
antara 2 cunam pada jarak 5 dan 10 cm. Kemudian di gunting antara kedua
cunam tersebut, lalu di ikat. Tunggul tali pusat dibei anti-septika.
Umumnya bila telah lahir lengkap, bayi akan segera menarik nafas dan
menangis.
Gambar 10
Gerakan Kepala Janin Pada Defleksi dan Putaran Paksi Luar
|
Resuitasi
dengan jalan membersihkan dan menghisap lendir pada jalan nafas harus
segera di kerjakan. Pula cairan di dalam lambung hendaknya di isap untuk
mencegahnya masuk ke paru-paru ketika bayi muntah dan muntahnya
terhisap masuk ke paru-parunya.
Bila
bayi telah lahir, uterus mengecil. Partus berada dalam kala III (kala
uri). Walaupun bayi telah lahir, kala uri tidak kalah pentingnya dari
pada kala I dan II. Kematian ibu karena pendarahan pada kala uri tidak
jarang terjadi sebab pimpinan kala III kurang crmat di kerjakan. Seperti
telah di kemukakan, segera setelah bayi lahir, his mempunyai amplitude
yang kira-kira sama tingginya hanya frekuensinya berkurang. Akibat his
ini, uterus akan mengecil, sehingga pelekatan plasenta dengan dinding
uterus akan terlepas. Melepasnya plasenta dari dinding uterus ini dapat
di mulai dari 1) tengah 2) (sentral menurut schultze); 2) pinggir
(marginal menurut Mathews – Duncan); 3 kombinasi 1 dan 2. Yang terbanyak
ialah menurut schultze. Umumnya kala III berlangsung selama 6 sampai 15 menit. Tinggi fundus uteri setelah kala III kira-kira 2 jari di bawah pusat.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1. Simpulan
Berdasarkan uraian tentang fisiologi dan mekanisme persalinan normal, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pesalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin.
2. Faktor
penting yang memegang peranan pada persalinan, ialah : 1)
kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan
mengedan, 2) keadaan jalan lahir, 3) janinnya sendiri.
3. Pembagian fase/kala persalinan sebagai berikut:
a. Kala 1 Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan)
b. Kala 2 Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
c. Kala 3 Pengeluaran plasenta (kala uri)
d. Kala 4 Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi
4. Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi presentasi kepala. Mekanisme persalinan normal :
kepala masuk pintu atas panggul (sinklitismus/asinklitismus)→flexi
maximal sampai pada dasar panggul→putaran paksi dalam→gerakan
deflexi→kepala lahir→putaran paksi luar→lahir bahu depan→lahir bahu
belakang→trokhanter depan→trkhanter belakang→bayi lahir seluruhnya.
3.2. Saran
Saran-saran yang dapat kami sampaikan sehubungan dengan tulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Bidan
perlu memahami interaksi fisiologis dan faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi persalinan pada manusia agar perawatan intrapatus dapat
ditingkatkan.
2. Pengembangan
keterampilan observasi memungkinkan bidan tidak hanya dapat
menginterpretasi bagaimana seorang wanita menghadapi persalinan, tetapi
juga dapat menentukan bagaimana kemajuan persalinan dengan mengamati
respon prilaku dan fisik wanita yang sedang melahirkan. Dengan tidak
mengetahui, mengabaikan atau menyalahartikan petunjuk fisik tertentu,
bidan mungkin secara tidak sengaja memberi perawatan yang suboptimal.
3. Intervensi
pada persalinan harus memiliki dasar dan keputusan mengenai hal ini
harus disokong untuk memaksimalkan kesejahteraan ibu dan janin.
Pengetahuan mengenai efek intervensi pada fisiologi janin dan ibu
merupakan hal esensial sehingga bidan dapat menilai efektivitas dan
dengan cepat mengidentifikasi kemungkina penyimpangan yang terjadi
akibat intervensi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Coad, Jane. 2001. Anantomi dan Fisiologi Untuk Bidan. Penerbit EGC, Jakarta.
Kampono, Nugroho dan Endy M. Moegni. 1999. Fisiologi Proses Persalinan Normal, Catatan Kuliah Obstetri Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit EGC, Jakarta.
_____________________, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Penerbit Arcan, Jakarta.
Mochtar, Rustam 1998, Sinopsis Obstetri Jilid 1, Jakarta : EGC, 1998;
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi Cetakan III. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 1999. Ilmu Kebidanan Cetakan Kelima. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal”.
Makalah ini kami ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologis
Reproduksi Semester I di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Ciamis Tahun
Akademik 2009 - 2010.
Dalam
penyusunan makalah ini kami banyak mengalami hambatan-hambatan dan
kesulitan-kesulitan, baik dalam pencarian literatur maupun dalam
penyusunannya. Namun, berkat
kerja keras kami dan bantuan serta dorongan dari semua pihak, akhirnya
terwujud juga makalah ini. Untuk itu pada kesempatan ini, kami
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak.
Tiada gading yang tak retak,
begitu juga dengan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
konstruktif dari semua pihak sangat kami harapkan dari semua pihak untuk
perbaikan makalah ini dan selanjutnya.
Akhirnya
kami berharap, mudah-mudahan makalah yang sederhana ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan semoga amal baik yang telah diberikan
kepada kami, mendapat balasan kebaikan yang hakiki dari Allah SWT.
Ciamis, Oktober 2009
Penyusun;
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………. 1
1.2. Tujuan ………………………………………………….. 2
1.2.1. Tujuan Umum ………………………………….. 2
1.2.2. Tujuan Khusus …………………………………. 3
1.3. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data ……. 3
1.4. Sistematika Penulisan …………………………………. 3
BAB II FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL
2.1. Pengertian Persalinan …………………………………… 4
2.2. Sebab Terjadinya Persalinan ……………………………. 5
2.3. Berlangsungnya Persalinan Normal …………………….. 7
2.3.1. Pembagian Fase Persalinan ……………………… 7
2.3.2. His ……………………………………………….. 8
2.3.3. Proses Berlangsungnya Persalinan Normal ……… 11
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
1.1. Simpulan ……………………………………………….. 19
1.2. Saran …………………………………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 22
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Periode Tahap-tahap Persalinan Normal ……………………. 8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Teori Tentang Awal Proses Kelahiran Manusia ……………. 6
Gambar 2 Grafik Aktifitas Uterus Selama Kehamilan, Persalinan dan
Nifas ………………………………………………………… 10
Gambar 3 Perbedaan Pematangan dan Pembukaan Serviks (cervical effacement) pada Primigravida dan Multipara …………………………… 13
Gambar 4 Gerakan Utama Pengeluaran Janin pada Persalinan Dengan Letak Belakang Kepala ……………………………………………… 16
Gambar 5 Fase Pengeluaran Plasenta …………………………………….
Gambar 6 Lepasnya Plasenta ……………………………………………..
FISIOLOGI PERSALINAN NORMAL dr. Botefilia Sp.OG
Apa
yang sebenarnya terjadi pada saat kehamilan ? dan bagaimana timbulnya
inisiasi persalinan atau bagaimana persalinan dimulai ? kenapa bisa tiba
tiba terjadi kontraksi, padahal tadinya selama hamil, tenang tenang
saja ? Saya coba mengajak anda mengenal lebih jauh tentang persalinan.
Persalinan :
Hasil akhir dari koordinasi antara kontraksi miometrium dan dilatasi
serviks Dipengaruhi faktor2 endokrin yang terjadi pada serviks dan
miometrium selama kehamilan akhir dan persalinan Perubahan-2 ini
merupakan syarat mutlak suksesnya induksi persalinan Pengetahuan tentang
transisi dari pemeliharaan kehamilan (uterus tenang) ke saat mulainya
proses persalinan (kontraksi uterus kuat) terus menemukan konsep yang
terlibat dalam fisiologi persalinan normal.
Fisiologi persalinan normal, melibatkan 2 hal dibawah ini :
- Endokrinologi persalinan
- Fase-fase persalinan pada uterus
Fase-fase persalinan pada uterus :
- Fase 0 : fase tenang
- Fase 1 : persiapan persalinan
- Fase 2 : Proses persalinan
- Fase 3 : Puerpurium
Fase O : fase tenang
- Relaksasi otot miometrium
- Fase tenang yang normal ini terjadi pada 95% kehamilan
- Serviks rigid berkontraksi/kokoh
- Kadang2 terjadi kontraksi Braxton-hicks
- Pada fase ini uterus refrakter thd induksi uterotonin
Fase 1 : Persiapan persalinan
- Ketenangan miometrium harus dihentikan
- Terjadi aktivasi uterus
- Perubahan progresif uterus 6-8 mgg terakhir
- Terjadi perubahan serviks : melunak dan berdilatasi
- Fundus uteri memproduksi kontraksi
- Peningkatan yang menyolok reseptor oksitosin pada miometrium
- Peningkatan jembatan antar sel (gap junction) baik jumlah maupun area
- Iritabilitas uterus meningkat
- Responsif terhadap uterotonika
- Transisi waktu antara kontraksi his yang adekuat
- Pembentukan segmen bawah uterus
- Sebelum memasuki fase 2, terjadi peningkatan > 50 kali lipat jumlah reseptor oksitosin pada miometrium
- Pada serviks terjadi pematangan serviks yang berkaitan dengan 2 perubahan
- Perusakan & penyusunan kolagen dan perubahan dalam jumlah relatif glikosaminoglikan, yaitu peningkatan asam hialuronat yang bersifat menahan air
Apa saja sih Perubahan yang terjadi pada serviks pada fase 1 ini ?
- Serat-serat kolagen yang selama kehamilan memberikan dukungan yang rigid, pada akhir kehamilan terjadi peningkatan pemecahan kolagen, dan penyusunan kembali serat2 kolagen
- Peningkatan jumlah asam hialuronat pada serviks, diikuti peningkatan jumlah air
- Terjadi penipisan serviks, pelunakan, dan relaksasi sehingga mulai berdilatasi
Fase 2
- Sinonim dengan kondisi in partu
- Kontraksi uterus membuat dilatasi serviks
- Pengeluaran janin dan plasenta
Fase 3
- Masa Puerpurium
- Pemulihan ibu dari masa melahirkan anak
- Kontribusi ibu utnuk kesejahteraan dan kelangsungan hidup anak
- Pemulihan fertilitas ibu
- Miometrium berada dalam keadaan rigid dan berkontraksi terus menerus sehingga menekan pembuluh darah uterina
- Mencegah perdarahan post partum
- Onset laktogenesis dan milk let down amat penting bagi kelangsungan hidup bayi
- Involusi uterus 4-6 minggu (kembalinya uterus ke bentuk normal lagi)
Uterotropin
Zat-zat
yang mempersiapkan uterus untuk persalinanPelunakan dan pematangan
serviks Peningkatan jumlah reseptor oksitosin pada miometrium
Peningkatan respon kontraktif dari miometrium terhadap uterotonin
Uterotonin
Zat-zat
yang bekerja menyebabkan kontraksi miometrium yang khas pada proses
persalinan aktif yaitu fase 2 persalinan Prostaglandin, oksitosin,
angiotensin II, arginin vasopresin, bradikinin
Fisiologi
Sebab2 mulainya persalinan
- masih mrp teori yg kompleks : faktor humoral, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi.
- plasenta mjd tua: penurunan kadar estrogen dan progesteron
- uterus yg membesar→iskemia otot uterus→degenerasi plasenta
- Hipokrates: teori berkurangnya nutrisi pada janin
- teori tekanan pd ganglion servikale dari plexus frankenhauser→membangkitkan kontraksi uterus
Tindakan2 yg dapat menginduksi persalinan:
- merangsang plexus frankenhauser dgn laminaria
- pemecahan ketuban
- penyuntikan oksitosin
Berlangsungnya Persalinan Normal
Kala I
- dimulai bila timbul his dan pengeluaran lendir bersemu darah
- Dibagi 2 fase:
- fase laten: pembukaan 0-3 cm, lamanya 8 jam
- fase aktif, dibagi 3 fase:
a. fase akselerasi: 3-4 cm, lamanya 2 jam
b. fase dilatasi maksimal: 4-9 cm, lamanya 2 jam
c. fase deselerasi: 9-10 cm, 2 jam
- pada primigravida kala I kira2 13 jam, pd multipara 7 jam
Kala II
- saat kelahiran bayi
- his lbh kuat dan cepat 2-3 mnt sekali
- primigravida: ± 1 1/2 jam, multipara: ±1/2 jam
Kala III
- pelepasan plasenta
- lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir
Kala IV
- sampai 1 jam setelah plasenta keluar
- untuk mengamati ada tidaknya perdarahan postpartum
Mekanisme Persalinan
- 96% janin adalah letak kepala
- 3 faktor penting yg berperan dlm persalinan:
- kekuatan pada ibu: his dan mengedan
- keadaan jalan lahir
- janin
- Lahirnya bayi: kepala masuk pintu atas panggul (sinklitismus/asinklitismus)→flexi maximal sampai pada dasar panggul→putaran paksi dalam→gerakan deflexi→kepala lahir→putaran paksi luar→lahir bahu depan→lahir bahu belakang→trokhanter depan→trkhanter belakang→bayi lahir seluruhnya.
- bersihkan jalan nafas→jepit tali pusat dg 2 cunam koker pd 5cm dan 10 cm→gunting di antaranya→ikat yang kuat→beri antiseptik
- resusitasi dan bersihkan dan mengisap lendir pd jalan nafas
- lepasnya plasenta: setelah bayi lahir msh ada his yg sm kuat tp frekuensi berkurang→uterus mengecil→perlekatan plasenta lepas (sentral/marginal/kombinasi)
- tinggi fundus uteri setelah kala III adalah sktr 2 jari di bawah pusat